
Sekolah Alam Pacitan menggelar hajatan Umbul Pari sebagai wujud syukur atas hasil panen di tahun ini. Hajatan diawali dengan kirab siswa, guru dan karyawan Sekolah Alam Pacitan mulai dari Balai RW Plelen menuju ke area sawah. Arak-arakan ini di pimpin oleh dua orang pemukul kenong diikuti pembawa tumpeng, barisan penari yang membawa jajanan pasar, dan barisan terakhir para pemain hadrah yang bersholawat sepanjang jalan.
Setibanya di sawah, arak-arakan ini disambut dengan tembang dolanan Pitik Walik Jambul yang diiringi musik tradisional lesung. Siswa yang mengikuti arak-arakan turut meramaikan suasana dengan ikut bernyanyi bersama.
Acara dilanjutkan dengan Umbul Donga, mengucapkan syukur atas panen yang melimpah kali ini, sekaligus harapan untuk panen yang akan datang. Prosesi ini berlangsung khidmat dan sakral. Kidung Jawa dilagukan, doapun dipanjatkan. Pemotongan padi dimulai oleh Mr Bangun, Kepala Sekolah Alam Pacitan dan dilanjutkan oleh siswa siswi Sekolah Alam Pacitan.
Sebagai penutup seluruh warga sekolah melakukan “purak tumpeng”, atau makan bersama tumpeng yang sebelumnya dibawa arak-arakan dan menikmati jajan pasar yang telah di sediakan di sepanjang jalan area sawah.
Kepala Sekolah Alam Pacitan, Mr Bangun mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu pembelajaran juga untuk anak-anak, agar belajar bagaimana menanam dan memanen.
“Negara kita ini adalah negara agraris, tentu harus dimulai dari anak-anak. Semoga bisa menjadi kebanggan bagi bangsa dan negara”, tutur Mr Bangun.
Mengenalkan kebudayaan kepada anak-anak sangatlah penting agar tidak hilang tergerus era modernisasi. Karena anak-anak adalah pemegang estafet kepemimpinan di masa yang akan datang, maka jika bukan mereka yang akan melestarikan lantas siapa lagi? Ayo lestarikan tradisi lokal!